JALAN-JALAN KE YOGYAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN TRANSPORTASI UMUM
Pada hari Selasa, 9 November 2021 saya berkesempatan mencoba bus batik Solo Trans koridor 4 yang melayani rute Terminal Kartosuro, Colomadu, Terminal Tirtonadi, belakang UNS dan Palur dan juga berkesempatan untuk mencoba KRL (kereta rel listrik) yang melayani rute Stasiun Solo Balapan, Purwosari, Gawok, Delanggu, Ceper, Klaten, Srowot, Brambanan, Maguwo, Lempuyangan, dan Yogyakarta.
Perjalanan dimulai dari indekos murni yang terletak di Jalan Adi Sucipto ( belakang SD blulukan 1) pada jam 08.25. Sebelum menaiki batik Solo Trans, saya menyempatkan diri untuk sarapan Di Soto Pak Mul yang berlokasi di depan kos. Soto Pak Mul sendiri buka dari hari senin sampai sabtu mulai dari jam 6.30 hingga sehabisnya. Untuk harga sotonya sendiri satu porsi atau satu mangkok dihargai Rp5.000. Untuk minumannya sendiri Saya memilih teh hangat yang dibanderol dengan harga Rp2.000. Untuk pendamping lauk sendiri Saya memilih gorengan 3 yang dibanderol Rp2.000, tahu bakso yang dibanderol Rp1.500, dan bergedel yang dibanderol Rp1.500. Makan di soto Pak Mul atau Tepatnya jam 8.40, saya bergegas menuju halte lor in Utara atau tepatnya halte Bulog Surakarta.
Sayang seribu sayang, ketika saya berjalan dari Soto Pak Mul menuju halte bulog bus ternyata sudah jalan duluan, dan saya harus menunggu bus selanjutnya sekitar 5 menit kemudian. Setelah menunggu 5 menit kemudian, Akhirnya saya mendapatkan bus BST dengan julukan batara guru. Bus berangkat dari halte Bulog jam 8.50. ketika menaiki bus BST koridor 4 saya merasa miris dan sedih, mengapa bisa begitu? Karena saya kasihan sama pramudi BST yang berdinas, terkadang penumpangnya penuh kadangpula sepi sekali, bahkan saking sepinya selama saya naik BST hanya dua orang yang naik BST (bisa saja jadi satu orang tapi entah kapan saya naik BST lagi), padahal tarif yang diberikan oleh BST dari Teman BUS gratis alias Rp,0. Sungguh disayangkan, masyarakat lebih memilih kendaraan pribadi, lanjut lagi. Selama naik BST, saya bercakap-cakap dengan pramudi yang berdinas kala itu, dan Ia mengatakan baru kerja di BST selama satu tahun, setelah bercakap-cakap tak terasa sudah sampai di terminal tirtonadi sekitar jam 9.20. Setelah sampai di terminal Tirtonadi, saya melanjutkan perjalanan ke Stasiun Solo Balapan dari terminal Tirtonadi melalui sky bridge.
Setelah berjalan kurang lebih 5 menit, Akhirnya saya sampai di gerbang masuk KRL Jogja Solo tepatnya di bagian Stasiun Solo Balapan yang ada di sebelah selatan pintu masuk kereta Bandara Adi Sumarmo. Sebelum masuk ke gerbang masuk Solo Balapan, semua penumpang diwajibkan untuk check in di aplikasi pedulilindungi. Setelah check-in di aplikasi pedulilindungi, saya bergerak menuju gerbang Tab in Stasiun Solo Balapan. Setelah Tab in, saya berjalan menuju ke jalur 4 Stasiun Solo Balapan. Sembari menunggu KRL yang berasal dari stasiun Jogjakarta, saya mampir ke toilet Stasiun Solo Balapan.
Setelah mampir ke toilet stasiun balapan, kereta yang akan saya naiki datang. Kereta yang yang akan membawa saya ke Stasiun Yogyakarta berjenis KRL JR205-89 yang merupakan eks jepang, untuk kenyamanan ketika naik kereta tersebut nyaman, suspensinya sangat baik dan enak. Setelah saya naik, KRL yang akan naiki menunggu kereta ketel yang berangkat lebih dahulu. Setelah kereta ketel berangkat, tepatnya 10 menit kemudian KRL yang saya naiki berangkat dari stasiun solo Balapan pada jam 9.40. setelah kereta berangkat dari stasiun solo balapan, kereta berhenti di Stasiun Purwosari sekitar pukul 09.42.
Suasana kereta api ketika di Stasiun Purwosari ramai dengan orang yang akan kerja di berbagai daerah yang dilalui kereta KRL. Setelah menaik turunkan penumpang, kereta berangkat dari stasiun purwosari jam 09.46. kemudian, kereta berhenti di stasiun gawok pada pukul 09.51.
Selama perjalanan dari gawok ke delanggu, saya disuguhi dengan pemandangan sawah di sekitar kecamatan delanggu. Akhirnya, saya sampai di stasiun delanggu pada jam 09.57. setelah itu kereta melanjutkan perjalanan ke stasiun ceper, dan sampai di stasiun ceper pada pukul 10.01. Di stasiun ini, rencananya kereta 7103a yang saya naiki akan disusul oleh kereta argo wilis dengan nomor KA 5.
Namun, akhirnya kereta batal disusul dan berangkat kembali jam 10.18. Setelah itu, kereta sampai di Stasiun Klaten. Pada saat naik turun penumpang, terdapat pemandangan unik yaitu dimana penumpang yang naik ada yang membawa anak-anak di bawah usia 12 tahun, karena pada saat saya naik KRL sebelum perjalanan ini saya tidak pernah melihat anak-anak naik KRL. Lanjut, setelah kereta berangkat dari stasiun klaten, kereta sampai di stasiun srowot, disini kereta berhenti normal, dan melanjutkan perjalanan Kembali menuju stasiun brambanan. Ada hal unik selama perjalanan dari stasiun ceper hingga brambanan, yaitu pembangunan peron tinggi di beberapa stasiun, hal ini bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada penumpang KRL Yogya-Solo. Setelah berangkat dari stasiun brambanan, kereta selanjutnya berhenti di Stasiun Maguwo. Sebagian penumpang turun di stasiun ini, dan melanjutkan perjalanan Kembali. Setelah itu, kereta berhenti di stasiun lempuyangan, Sebagian besar penumpang turun di stasiun ini, dan hanya menyisakan beberapa penumpang termasuk saya, dan setelahnya kereta berangkat dari stasiun lempuyangan dan mengakhiri perjalanan di stasiun Yogyakarta pada jam 11.05.
Setelah saya turun di stasiun Yogyakarta, saya langsung bergerak kearah timur stasiun Yogyakarta. Di daerah pintu selatan stasiun tugu, Anda harus waspada karena ada modus sekelompok mahasiswa yang meminta sumbangan tetapi palsu. Sembari menunggu KRL 7106 berangkat, saya membeli minum di selasar stasiun Yogyakarta. Ketika saya minum, saya menyempatkan diri untuk memfoto kereta ranggajati dari arah Cirebon. Ketika kereta ranggajati berangkat Yogyakarta, saya pun melangkah menuju stasiun, sambil waspada takut terkena penipuan yang tidak jelas itu.
Setelah saya masuk ke stasiun Yogyakarta, saya menuju ke kereta KRL 7106 dengan rangkaian yang sama dengan KRL 7103a. saya duduk di kereta nomor delapan, dimana kondisi penumpang Sebagian besar adalah pegawai KAI yang akan melakukan perjalanan dinas ke berbagai stasiun yang ada di lintas jogja-solo. Kereta 7106 berangkat dari Yogyakarta jam 11.55, lalu berhenti di stasiun lempuyangan jam 11.57. Kereta berangkat dari lempuyangan jam 12.00 dan berhenti di maguwo jam 12.05. Setelah itu, kereta berangkat lagi menuju stasiun berikutnya. Mohon maaf tidak terlalu mendetail ceritanya karena saya tertidur dari stasiun brambanan hingga gawok. Setelah kereta berhenti di stasiun gawok jam 12.49, kereta berangkat dari stasiun gawok jam 12.51. Kereta sampai di purwosari jam 12.56, dan berangkat dari stasiun purwosari jam 13.00 dan mengakhiri perjalanan di stasiun solo balapan jam 13.03.
Setelah saya sampai di stasiun solo balapan, saya tertarik dengan banner yang dipasang oleh kereta api Indonesia, dimana empat banner itu berbunyi:
Setelah saya memotret banner tersebut, saya makin panik karena cuaca di sekitar solo balapan dan terminal tirtonadi mendung tanpo udan, salah maksudnya gerimis merindu, dan dengan keberanian yang seadanya saya memutuskan untuk berjalan ke terminal tirtonadi via sky bridge. Untungnya pas sampai di Terminal Tirtonadi gerimisnya mulai meredda, dan saya berjalan menuju halte bus BST yang terletak di sebelah timur/shelter timur terminal tirtonadi.
Sembari menunggu bus BST yang akan membawa saya ke colomadu, saya berbincang-bincang dengan kru bus karunia mulya yang melayani rute solo – batu jamus. Menurut kru bus tersebut, bus solo – jamus pada zaman dahulu banyak pesaingnya, namun pada zaman sekarang hanya tersisa 5 perusahaan yang masih melayani rute itu hingga sekarang. Setelah kru tersebut minta foto, dan sialnya saya lupa meminta nomor whatsapp bapaknya. Setelah itu saya Kembali ke halte dikarenakan bus yang akan saya naiki sudah datang. Suasana di dalam bus kala itu agak ramai, dan saya mengakhiri perjalanan di halte lor in selatan sekitar jam 13.30.
Secara kesimpulan, transportasi umum di Surakarta sangat bagus, rapi, dan bersih. Namun sayang sekali banyak orang yang memilih naik kendaraan pribadi dikarenakan transportasi umum seperti BST tidak menjangkau wilayah sempit seperti gang.
Komentar
Posting Komentar